Istri Sholehah [1] - Kisah Nyata
Usia istri Yaqin
masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23
tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin
cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya
tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda
, Subhanallah…
Sejak awal
menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya
sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning
sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.
Akan tetapi,
selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan
muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Satu bulan
terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang,
kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia
juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya
hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan
rupiah untuk sekali cuci darah.
Namun Yaqin tak
peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan
Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya
juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh.
Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada
masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.
Suatu ketika ,
Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan
pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling
memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?”
Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan,
darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar
walau banyak penyakit dideritanya…
Selang beberapa
hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.
Memasuki akhir
Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian
perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan
hanya tergeletak di paving depan rumahnya.
“Bi, tolong
antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…
Yaqin mengeluh
karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline.
Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami
istrinya selama ini.
Sampai di rumah
sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang
Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.
“Bi, Ummi ingin
sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan
Ummi hilang.”
“Orang sakit itu
berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda
oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit
melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat
Allah.
Yaqin menginstal
ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya
senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu
dilakukan setiap hari.
“Bi, tadi malam
Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum.
Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai
sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”
“Itu tandanya
Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang
dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba
menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan
dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah, Bi.
Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah
karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
“Mi, maaf.
Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari
kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”
“Ummi nggak marah
kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”
”Oh iya Mi, Abi
beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan
panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian.
Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah
dibelinya.
Tapi betapa
terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi
istrinya.
“Ada apa dengan
istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk
meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya, tidak
ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu
pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.
Setelah
perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya
yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari
bibirnya.
“Bi, kalau Ummi
meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang
terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi”
“Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh
istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di
telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki
istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu
berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu
berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap
tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…
Setelah itu,
Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia
sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua
orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah.
Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus
jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah
baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???”
“Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini??
Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak
ini.” “Subhanalloh…”
Tahukah
sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku,
dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits
“Sesungguhnya
bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan
akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih
bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga.
Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada
saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat
kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik,
bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”.
Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan
air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat
maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para
malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak
membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera
mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan
wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium
semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum
pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke
langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya,
melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat
pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan
namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil
dengannya).” (HR Imam
Ahmad, dan Ibnu Majah).
***
“Sungguh sangat
singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang
dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir
deras dari pipi Yaqin.
Subhanallah…
sumber: kafemuslimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar